Teori Konspirasi – Bulan Pernah Terbelah menjadi salah satu kisah mukjizat yang dikaitkan dengan Nabi Muhammad SAW dan kini kembali ramai diperbincangkan di media sosial. Cerita ini bermula ketika beberapa tokoh Quraisy menantang Nabi Muhammad SAW untuk menunjukkan tanda kenabian dengan membelah Bulan menjadi dua bagian. Menurut riwayat, Nabi lalu memanjatkan doa kepada Allah dan Bulan pun terbelah hingga tampak Gunung Hira di antara keduanya. Meskipun peristiwa itu disaksikan oleh orang-orang Quraisy, sebagian besar dari mereka tetap tidak percaya pada kebenaran mukjizat tersebut. Di era digital saat ini, kisah itu muncul kembali di berbagai platform seperti Facebook dan WhatsApp dengan klaim bahwa Badan Antariksa Amerika Serikat NASA telah menemukan bukti ilmiah tentang pembelahan Bulan. Unggahan itu menyebar luas dan menimbulkan perdebatan antara keyakinan religius dan pandangan ilmiah modern.
Klaim Ilmiah tentang Bulan Pernah Terbelah

Kisah Bulan Pernah Terbelah semakin ramai dibicarakan setelah sejumlah unggahan viral di media sosial mengaitkannya dengan penelitian ilmiah. Beberapa pengguna mengunggah foto permukaan Bulan yang menunjukkan retakan panjang dan menyebutnya sebagai bukti mukjizat Nabi Muhammad SAW. Klaim ini semakin kuat setelah muncul tulisan dari seseorang bernama O K AbouEassa yang mempublikasikan artikel berjudul The Evidence of the Split of the Moon pada situs Scientific and Academic Publishing. Ia menyebutkan bahwa kawah dan retakan di Bulan merupakan sisa dari pembelahan besar yang terjadi sekitar 1388 tahun lalu, sesuai dengan masa kenabian Muhammad SAW. Dalam tulisannya, ia menegaskan bahwa retakan itu menembus hingga ke inti Bulan dan menjadi tanda bahwa satelit Bumi tersebut pernah terbelah dua. Namun, kredibilitas penulis tersebut diragukan karena tidak tercatat sebagai peneliti di universitas maupun lembaga ilmiah resmi mana pun.
Tanggapan dan Penjelasan dari Pihak NASA
NASA memberikan klarifikasi mengenai klaim bahwa lembaganya pernah membuktikan Bulan Pernah Terbelah. Lembaga antariksa Amerika itu menegaskan tidak ada bukti ilmiah Bulan terbelah menjadi dua bagian lalu menyatu kembali. Gambar yang beredar di media sosial sebenarnya adalah foto Rima Ariadaeus di permukaan Bulan. Rima Ariadaeus merupakan lembah panjang yang terbentuk akibat aktivitas tektonik di permukaan satelit Bumi tersebut. Foto itu diambil oleh kru Apollo 10 pada tahun 1969 dan diunggah ke situs NASA pada 2002. NASA menjelaskan bahwa Rima Ariadaeus adalah parit panjang mirip patahan di Bumi akibat aktivitas vulkanik masa lalu. Brad Bailey, ilmuwan dari NASA Lunar Science Institute, juga memberikan pernyataan resmi terkait hal tersebut. Ia menegaskan tidak ada catatan ilmiah atau data geologis yang mendukung teori Bulan pernah benar-benar terbelah dua.
“Simak juga: Raisa Cerai? Rumor Retaknya Rumah Tangga Raisa dan Hamish Daud Bikin Heboh Netizen!”
Pandangan Para Ahli Astronomi
Sejumlah pakar astronomi turut menanggapi klaim tentang Bulan Pernah Terbelah yang ramai dibicarakan di dunia maya. Profesor Paul Groot dari Universitas Radboud di Belanda memberikan pandangannya terkait fenomena tersebut. Ia menyatakan bahwa garis retakan yang disebut bukti pembelahan tidak melingkari seluruh permukaan Bulan. Menurut Groot, struktur itu kemungkinan besar hasil benturan besar yang membentuk kawah Tycho di Bulan bagian bawah. Ia menambahkan bahwa pola retakan yang terlihat merupakan akibat alami dari pergeseran kerak dan aktivitas geologi kuno. Para ahli sepakat bahwa jika Bulan benar-benar terbelah, dampaknya akan besar terhadap orbit dan gravitasi Bumi. Namun, sejauh ini tidak ada bukti astronomis yang mendukung teori pembelahan Bulan secara fisik. Fenomena retakan di permukaan Bulan dianggap hasil dari proses geologis alami, bukan peristiwa luar biasa di masa lampau.
Antara Keyakinan dan Penjelasan Sains
Perdebatan tentang kisah Bulan Pernah Terbelah memperlihatkan benturan antara keyakinan keagamaan dan penafsiran ilmiah modern. Sebagian masyarakat meyakini bahwa peristiwa itu benar terjadi sebagai mukjizat yang diberikan kepada Nabi Muhammad SAW. Di sisi lain, para ilmuwan menilai fenomena di permukaan Bulan hanyalah hasil proses alamiah tanpa kaitan dengan peristiwa spiritual. Di tengah berkembangnya teknologi informasi, cerita semacam ini mudah menjadi viral karena menyentuh aspek keimanan sekaligus rasa ingin tahu manusia terhadap alam semesta. Meskipun sains belum menemukan bukti konkret tentang pembelahan Bulan, keyakinan religius tetap menjadi bagian penting dalam kehidupan banyak orang. Perbedaan pandangan ini menunjukkan bahwa sains dan iman memiliki ruang masing-masing untuk dipahami secara seimbang tanpa perlu saling meniadakan.

