Demo Hari Ini

CIA Pernah Campur Tangan di Kudeta Negara Lain, Benarkah Polanya Mirip dengan Demo Hari Ini?

Teori Konspirasi – Demo Hari Ini menjadi sorotan utama publik setelah aksi besar di depan Gedung DPR pada 25 Agustus 2025 menimbulkan kericuhan. Situasi panas tersebut kemudian memunculkan banyak perbandingan dengan catatan sejarah politik dunia, khususnya mengenai campur tangan CIA di berbagai kudeta negara berkembang. Sejumlah pengamat menilai pola intervensi yang dilakukan di Iran, Guatemala, hingga Chili, kerap menggunakan protes jalanan dan gerakan massa sebagai bagian dari strategi menggoyang kekuasaan. Meskipun konteksnya berbeda, keresahan publik saat Demo Hari Ini dianggap memiliki kemiripan dalam dinamika politik dan sosial. Peran masyarakat dalam menyuarakan kritik, aksi protes yang membesar, serta potensi adanya kepentingan pihak luar, menjadi titik perhatian utama. Hal ini membuat isu konspirasi CIA kembali mencuat ke permukaan seiring berlangsungnya aksi protes di tanah air yang sedang hangat diperbincangkan.

Sejarah Kudeta CIA dan Kaitan Isu dengan Demo Hari Ini

CIA diketahui sudah lama terlibat dalam operasi rahasia di berbagai negara. Salah satu kasus paling awal terjadi di Iran pada 1953 ketika Perdana Menteri Mossadegh dipaksa mundur karena menasionalisasi minyak yang merugikan perusahaan asing. Uang miliaran rupiah dalam bentuk dolar saat itu disalurkan untuk memobilisasi massa agar tercipta kerusuhan jalanan. Situasi ini sering dibandingkan dengan kondisi Demo Hari Ini yang berlangsung di Indonesia. Walaupun faktanya berbeda, kesamaan dalam pola mobilisasi masyarakat menimbulkan spekulasi di kalangan publik. Selain Iran, Guatemala pada 1954 dan Chili pada 1973 juga menjadi bukti nyata intervensi CIA demi mengganti rezim yang dianggap tidak bersahabat dengan kepentingan Amerika Serikat. Catatan-catatan sejarah ini selalu dijadikan rujukan oleh kalangan yang percaya bahwa protes rakyat tidak selalu murni, melainkan bisa ditunggangi oleh kepentingan politik internasional.

“Baca juga: Bentuk Asli Terungkap? Teori Reptilian Ungkap Siapa Saja Pemimpin yang Menyamar!”

Kasus Kudeta Lain yang Membekas dalam Sejarah

Selain Iran dan Chili, CIA juga disebut terlibat dalam banyak peristiwa politik besar lain. Di Kongo tahun 1960, Patrice Lumumba menjadi korban karena dianggap terlalu dekat dengan Uni Soviet. Upaya pembunuhan hingga penyusunan kudeta membuat citra CIA semakin kuat sebagai pengatur jalannya pemerintahan asing. Di Brasil tahun 1964, dukungan terhadap Joao Goulart dihentikan dan digantikan dengan dukungan penuh untuk pemerintahan militer. Di Vietnam Selatan, Ngo Dinh Diem juga menjadi sasaran hingga akhirnya digulingkan. Semua kisah ini menambah daftar panjang intervensi yang menimbulkan trauma politik mendalam bagi masyarakat negara yang bersangkutan. Reputasi CIA sebagai aktor utama dalam kudeta membuat setiap demonstrasi besar, termasuk yang terjadi di Indonesia baru-baru ini, sering dikaitkan dengan bayangan konspirasi. Padahal, aksi nyata dari masyarakat juga memiliki akar permasalahan domestik yang tidak bisa diabaikan begitu saja.

Ricuhnya Aksi Demonstrasi di Indonesia

Aksi massa yang terjadi di depan Gedung DPR RI pada 25 Agustus 2025 memunculkan kericuhan besar. Ribuan orang turun ke jalan untuk memprotes kenaikan gaji dan tunjangan dewan yang dinilai tidak masuk akal. Bentrokan antara aparat dan demonstran menyebabkan sejumlah fasilitas umum rusak serta akses jalan ditutup. Gedung DPR bahkan harus diamankan secara ketat hingga malam hari. Massa menyebar ke berbagai titik, termasuk fly-over Slipi dan Jalan Pejompongan Raya. Meskipun situasi memanas, pada akhirnya sebagian besar demonstran membubarkan diri menjelang malam. Namun dampaknya cukup besar, mulai dari transportasi terganggu hingga kebutuhan perbaikan infrastruktur jalan. Meski begitu, pada 26 Agustus 2025 demo susulan tidak terjadi dan kondisi berangsur normal kembali. Kericuhan kemarin memperlihatkan bagaimana gerakan protes dapat berkembang cepat hingga memicu spekulasi tentang pola intervensi seperti yang pernah terjadi dalam catatan sejarah CIA.

“Simak juga: BREAKING Pratama Arhan Gugat Cerai Azizah Salsha? Ini Kronologi Penuh Dramanya!”

Rencana Aksi Berikutnya dan Bayangan Konspirasi

Setelah kericuhan di Gedung DPR, rencana aksi besar berikutnya sudah diumumkan akan berlangsung pada 28 Agustus 2025. Partai Buruh bersama KSPI dan serikat pekerja lainnya berencana menggelar demo serentak dengan tuntutan kenaikan upah minimum 10,5 persen serta penghapusan sistem outsourcing. Sekitar 10 ribu buruh dari Jakarta dan sekitarnya diperkirakan turun ke jalan menuju DPR dan Istana Presiden. Aksi ini juga akan berlangsung di berbagai kota industri seperti Surabaya, Makassar, Bandung, dan Medan. Rencana besar tersebut membuat perhatian publik semakin tertuju pada hubungan antara dinamika politik domestik dengan pola gerakan massa internasional. Walaupun sebagian orang menganggap demo ini murni perjuangan hak buruh, bayangan konspirasi CIA di masa lalu kembali dijadikan perbandingan. Perdebatan pun semakin menghangat apakah protes besar seperti ini sekadar ekspresi demokrasi atau memiliki dimensi politik yang lebih dalam dan kompleks.