Teori Konspirasi – Firaun Ramses III menjadi pusat perhatian para sejarawan setelah terungkap konspirasi harem yang mengakhiri hidupnya secara brutal. Papirus kuno berusia 3.000 tahun mengungkapkan bahwa pembunuhan ini direncanakan dari dalam lingkungan istananya sendiri. Salah satu tokoh utama di balik plot tersebut adalah Ratu Tiye yang memanfaatkan krisis ekonomi Mesir kuno untuk mendapatkan dukungan. Tiye menginginkan putranya Pentawere naik takhta menggantikan Ramses III sehingga ia merancang strategi licik untuk menyingkirkan sang firaun. Di tengah gejolak politik dan ekonomi yang melanda kerajaan Mesir saat itu rencana pembunuhan menjadi mungkin dilakukan. Konspirasi yang terjadi di balik kemegahan istana ini mengguncang tatanan pemerintahan yang selama ini dianggap sakral. Fakta bahwa seorang firaun yang dikenal sebagai prajurit tangguh dapat dijatuhkan oleh orang terdekatnya memperlihatkan betapa rumitnya intrik kekuasaan di Mesir kuno.
Krisis Besar yang Menggoyang Kekuasaan Firaun

Pada masa pemerintahannya Firaun Ramses III menghadapi berbagai tantangan yang mengancam kestabilan Mesir kuno. Pemerintahannya berlangsung dari 1186 Sebelum Masehi hingga 1155 Sebelum Masehi ketika kawasan Mediterania dilanda kekacauan besar. Perang Troya dan keruntuhan kerajaan Mycenae memicu gelombang pengungsi serta krisis ekonomi di seluruh wilayah. Ramses III dikenal sebagai firaun prajurit yang berani mempertahankan Mesir dari invasi asing melalui tiga perang besar. Ia bahkan meninggalkan catatan militer lengkap di dinding Medinet Habu untuk memastikan prestasinya dikenal generasi mendatang. Namun keberhasilan militernya tidak mampu menghentikan gejolak internal terutama ketika pemogokan buruh pertama di dunia terjadi akibat keterlambatan distribusi biji bijian. Kondisi ini melemahkan dukungan rakyat dan pejabat istana sehingga membuka peluang bagi lahirnya konspirasi yang dipimpin Ratu Tiye untuk menggulingkan kekuasaan sang firaun.
Ambisi Ratu Tiye dan Persaingan Harem
Konflik dalam keluarga kerajaan turut memperparah ketegangan politik di istana Mesir. Ramses III memiliki dua istri yaitu Isis sebagai permaisuri utama dan Tiye sebagai istri kedua. Isis adalah ibu dari calon penerus takhta Ramses IV sementara Tiye menginginkan putranya Pentawere yang menduduki kursi kekuasaan. Ratu Tiye melihat krisis ekonomi sebagai kesempatan emas untuk meraih dukungan dari pejabat dan pelayan istana. Dengan kepiawaiannya ia menggalang jaringan pendukung dan menyusun rencana pembunuhan yang dikenal sebagai konspirasi harem. Papirus Yudisial Turin mencatat bahwa Tiye berhasil merekrut banyak pihak termasuk Pebekkamen kepala kamar Ramses III. Setidaknya 62 orang terlibat dalam rencana ini yang memanfaatkan ilmu hitam serta mantra untuk melemahkan sang firaun. Intrik keluarga yang dipicu ambisi politik inilah yang menjerumuskan Mesir ke dalam tragedi berdarah.
“Simak juga: Kaesang Pangarep Buka-Bukaan Resep Legendaris Sang Pisang, Netizen Auto Penasaran!”
Eksekusi Rencana dan Misteri Kematian
Papirus Yudisial Turin memberikan gambaran rinci mengenai rencana pembunuhan yang dijalankan secara rahasia. Konspirator menggunakan patung magis dan mantra untuk melemahkan pertahanan firaun sebelum melakukan serangan. Ramses III diserang ketika berada di harem dengan melibatkan banyak pejabat penting yang telah dibujuk oleh Ratu Tiye. Selama bertahun tahun kematian Ramses III menjadi misteri hingga teknologi modern memecahkan rahasianya. Hasil CT scan mumi menunjukkan luka pisau dalam di tenggorokan serta jari kaki yang terpotong benda tajam berat. Luka tersebut begitu parah sehingga mustahil ia bisa selamat meski papirus tidak menyebut secara langsung waktu kematiannya. Beberapa ahli menduga Ramses III mungkin sempat memimpin persidangan para konspirator sebelum meninggal beberapa hari kemudian. Temuan ini menegaskan bahwa rencana sadis itu kemungkinan besar berhasil dijalankan dengan kejam.
Hukuman Para Konspirator dan Akhir Dinasti
Setelah kematian Ramses III kekuasaan segera diambil alih oleh Ramses IV yang bertindak cepat untuk menghukum para pelaku. Papirus kuno mencatat empat persidangan besar yang menjerat seluruh peserta konspirasi. Sebanyak 31 orang dijatuhi hukuman mati 10 orang diizinkan bunuh diri dan 21 orang dieksekusi. Pentawere putra Ratu Tiye diperintahkan untuk bunuh diri setelah gagal merebut takhta. Nasib Ratu Tiye sendiri tidak pernah tercatat secara jelas namun kecil kemungkinan ia selamat dari amukan penguasa baru. Upaya perebutan kekuasaan yang penuh darah ini menandai akhir yang tragis bagi keluarga kerajaan Dinasti Kedua Puluh. Meskipun para pelaku telah dihukum sejarah mencatat peristiwa ini sebagai salah satu konspirasi paling kejam di Mesir kuno. Intrik kekuasaan yang melibatkan keluarga sendiri menunjukkan bahwa ancaman terhadap tahta firaun bisa datang dari dalam istana.